Hormon tumbuhan atau disebut juga fito hormon merupakan molekul organik yang dihasilkan oleh bagian tertentu pada tanaman yang kemudian didistribusikan ke bagian lain pada tanaman.
Berikut hormon pada tumbuhan yang tergolong paling banyak disebut atau hampir familiar sebagai bagian dari tanaman. Yaitu hormon pengatur tumbuh atau ZPT (zat pengatur tumbuh) yang juga tergolong dalam kelompok hormon utama. Mereka adalah auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen.
Hormon auksin,
Ditemukan oleh Fritz Went peneliti asal Belanda yang memodifikasi hasil penelitian milik Boysen-Jensen yang kemudian menghasilkan zat pengatur fototropisme yang kemudian dinamakan hormon auksin. Secara kimia, hormon auksin adalah indolacetic acid (IAA), berikut pengaruh dan fungsi hormon auksin terhadap pertumbuhan dan perkembangan:
- Merangsang pertumbuhan daun pada daerah titik tumbuh. Penyebarannya tidak merata, jadi ketika suatu batang terdapat banyak hormon auksin, maka pemanjangan atau pertumbuhan sel mengakibatkan batang cenderung membengkok
- Merangsang pembentukan akar
- Merangsang pembentukan buah tanpa biji (partenokarpi)
- Merangsang diferensiasi jaringan pembuluh untuk merangsang pertumbuhan diameter batang
- Merangsang absisi atau pengguguran daun
- Berperan dalam dominansi apikal, agar batang tanaman dapat tumbuh terus ke atas tanpa menghasilkan cabang. Namun, ketika ujung batang dipotong, maka dominansi apikal akan hilang. Sebagai hasilnya akan tumbuh cabang pada ketiak batang.
Sebagai catatan, hormon auksin berperan dalam pemanjangan sel, namun dengan konsentrasi tertentu. Jadi ketika keberadaan hormon auksin ini terlalu tinggi maka justru akan menghambat pemanjangan batang dan akar tanaman. Oleh karena itu penggunaan hormon auksin berlebih dimanfaatkan sebagai herbisida (pembasimi gulma).
Hormon Giberelin,
Setelah publikasi penelitian Frits Went, pada 1926 para ahli botani Jepang meneliti dan mengungkap adanya hormon tumbuhan baru yaitu giberelin. Bernama Ewiti Kurosawa dan rekan- rekannya yang pertama kali mengamati infeksi jamur (Gibberella fujikuroi)pada tanaman padi yang mengakibatkan tanaman menjadi pucat dan tumbuh luar biasa panjang. Setelah zat yang dihasilkan oleh jamur diisolasi, lalu diberilah nama giberelin atau gibberellic acid (GA).
Giberelin terdapat pada tumbuhan angiospermae, gymnospermae, lumut, tumbuhan paku, dan jamur. Pada tumbuhan angiospermae, giberelin terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar, dan daun muda. Melalui xilem dan floem, lalu giberelin diteruskan ke seluruh bagian tumbuhan. Berikut pengaruh hormon giberelin pada tumbuhan;
- Merangsang pemanjangan batang dan pembelahan sel
- Merangsang perkecambahan biji dan memecah dormansi biji
- Merangsang pembungaan atau pembentukan buah
Hormon Sitokinin,
Johanes van Overbeek, pada 1940, melakukan penelitian dengan hasil kesimpulan bahwa embrio tanaman akan tumbuh lebih cepat jika ditambah air kelapa. Air kelapa merupakan cairan endospermae yang mengandung asam nukleat. Berlanjut pada 1950, Folke Skoog dan Carlos Miller (siswanya) mencampurkan DNA sperma ikan hering pada kultur jaringan tembakau. Lalu sel- sel kultur jaringan itu mulai membelah diri. Setelah uji coba sekian lama, hasilnya mereka berhasil mengisolasi zat yang menyebabkan pembelahan sel dan diberi nama kinetin. Jia dalam kelompok, zat kinetin yang mampu merangsang pembelahan sel (sitokinesis) disebut sitokinin.
Sitokini diisolasi dari tumbhan angiospermae, gymnospermae, lumut, dan tumbuhan paku. Jika pada angiospermae, sitokinin banyak terdapat pada biji, buah dan daun muda. Memalui xilem, floem dan parenkim diteruskan ke seluruh bagian tumbuhan. Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan antara lain;
- Bersama auksin mengatur pembelahan sel, pembentukan pucuk (sistem tajuk) serta pembentukan akar
- Merangsang pembelahan sel dan pembesaran katiledon (bakal daun perkecambahan)
- Mempengaruhi organogenesis (pembentukan organ)
- Menghambat kerusakan klorofil pada daun gugur
- Merangsang pembentukan tunas batang
Hormon Etilen,
Merupakan hormon pertama pada tumbuhan dalam bentuk gas. Sebagai contoh, jika buah jeruk yang sudah matang disatukan pada buah pisang maka buah pisang akan matang lebih cepat. Hal itu disebabkan oleh gas etilen yang dihasilkan oleh buah jeruk. (diungkapkan 1934 oleh R. Gane)
Proses pembentukan gas etilen memerluka O2 dan dihambat oleh CO2. Bukan hanya dihasilkan oeh buah jeruk, gas etilen juga terdapat pada semua bagian dari tumbuhan angiospermae. Pembentukan utamanya terjadi pada akar, meristem apikal pucuk (ujung batang inti), nodus (ruas batang), bunga yang gugur, dan buah matang. Pengaruh gas etilen terhadap pertumbuhan dan perkembangan adalah:
- Untuk pematangan buah. Pedadang buah akan menyimpan buah dalam wadah berisi gas CO2 agar buah lebih lama matang saat proses penggiriman, dan akan matang ketika sudah sampai tujuan. Sebaliknya, agar buah yaang masih mentah cepat matang, maka pedagang memeram buah mentah ersama buah yang sudah matang.
- Menghambat proses pembungaan pada banyak tanaman. Kecuali pada tumbuhan, misalnya; mangga dan nanas.
- Merangsang absisi (pengguguran daun)
- Bersama giberelin menentukan ekspresi organ kelamin tumbuhan (misalnya mentimun)
Hormon Asam Absisat,
Pada 1940 an, torsten Hemberg asal Swedia melaporkan adanya zat penghambat (inhibitor) yang mencegah efek IAA terhadap dormansi tunas kentang. Diberi nama Dormin, karena pengaruhnya terhadap dormansi tunas.
Pada 1960, Philip Woreing melanjutkan Hemberg dengan melaporkan bahwa pemberian dormin dapat menginduksi (menghilangkan hambatan) dormansi. Diwaktu yang bersamaan, F.T. Addicott menemukan zat yang merangsang absisi buah kapas. Addicott memberi nama zat ini abscisin. Bahwa kedua zat itu, dormin dan abcisin merupakan zat yang sama maka kemudian diberi nama asam absisat atau ABA.
Asam absisat terdapat pada angiospermae, gymnosperma dan lumut (bukan pada lumut hati). Disebarkan keseluruh bagian tumbuhan melalui xilem, floem dan parenkim, berikut pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan bagi tanaman:
- Mengatur dormansi tunas dan biji
- ABA memiliki pengaruh berlawanan, misal menghambat produksi amilase (enzim awal saat perkecambahan) pada biji yang di beri giberelin. Kemudian, ABA juga menghambat perutumbuhan serta pemanjangan sel yang dilakukan oleh IAA.
- Menyebakan penutupan stomata
- Meski menghambat pertumbuhan, namun tidak bersifat racun terhadap tumbuhan
Tentang Hormon dan Fungsinya Untuk Tanaman
Reviewed by Tanam Ternak Rumahan
on
October 11, 2019
Rating:
No comments:
Post a Comment