Menangani Kondisi Tekukur dari Ombyokan


Tekukur , derkuku, deruk dan spotted dove menjadi beberapa sebutan bagi  burung yang bernama latin spilopelia chinensis. Burung ini tersebar luas di wilayah Indonesia hingga ke negara tetangga. Dengan ciri fisik berupa bulatan hitam putih seperti mutiara di area leher belakangnya, hal itu yang membedakan burung tekukur dengan jenis dove lainnya.

Hutan dengan pepohonannya yang rindang menjadi habitat burung tekukur. Semakin tenang kondisi hutan dan didukung dengan tersediannya sumber makanan berupa bijian, maka burung tekukur bisa berkembangbiak.

Jumlah populasi bisa saja sangat tinggi bisa juga semakin sedikit. Hal itu disebabkan oleh faktor alam ataupun dari faktor gangguan manusia. Jika memang karena faktor alam, maka musuh utamanya adalah pemangsa atau predator serta kondisi cuaca. Namun ketika terjadi kontak dengan manusia, maka penyebabnya adalah penembakan liar dan perburuan atau pikat.

Dari hasil pikatan, maka banyak kita temukan burung tekukur hasil tangkapan dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga yang relatif murah. Kita biasa menyebutnya dengan istilah ombyokan. Sebenarnya tak ada yang salah dengan ombyokan ataupun memperjual belikan burung hasil tangkapan dari alam. Namun, jika kegiatan penangkapan dilakukan secara besar-besaran dan tanpa aturan, maka resikonya terdapat pada populasi burung itu sendiri di alam liarnya.

Kegiatan penangkapan burung dari alam dengan resiko punahnya populasinya tidak hanya berlaku bagi burung tekukur. Semua populasi jenis burung bisa terdampak jika memang dilakukan penangkapan dengan jumlah yang tidak wajar.

Kembali ke topik mengenai burung ombyokan, membeli burung dari ombyokan pasti punya alasan masing- masing. Ada yang lebih memilih membeli langsung dari pemikat untuk menghindari harga yang lebih mahal ketika sudah masuk ke pasar atau penjual burung.

Beberapa Tujuan Membeli Burung Ombyokan:

  • Harga murah
  • Diborong dengan tujuan dilepas liarkan kembali
  • Sebagai bahan untuk dilatih
  • Sebagai bahan untuk diternakan
  • Dll


Ketika membeli burung dari ombyokan khususnya burung tekukur, maka kondisi kesehatan burung menjadi faktor yang seringkali dihadapi oleh pembeli. Kondisi burung liar yang tidak terbiasa makan di dalam kandang menjadi kendala yang paling sering terjadi. Akibatnya, kondisi kesehatan burung menjadi semakin lemah dan ujungnya burung akan mati karena tak mau makan.

Indikator kondisi burung tekukur dari ombyokan yang kurang sehat:

  • Kotoran berwarna hijau
  • Kotoran berwarna putih seluruhnya
  • Kotoran hanya berupa cairan
  • Burung kurang aktif dan terlihat kedinginan


Lalu, Bagaimana Menangani Kondisi Tekukur dari Ombyokan?

Burung tekukur merupakan jenis burung pemakan biji-bijian. Jadi, ketika melihat burung tekukur yang kita beli dari ombyokan terpantau tak mau makan maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Ketelatenan menjadi dasar burung asal ombyokan bisa tetap dalam kondisi prima dan akhirnya bisa bunyi seperti yang kita harapkan. Berikut beberapa tindakan untuk tujuan menyelamatkan kondisi burung ombyokan:

Baca juga: Pakan Yang Disukai Tekukur dan Puter

Yang pertama, 
Kita bisa beri makan burung tekukur secara manual atau dengan cara meloloh bijian langsung ke mulut burung. Hal itu juga bisa menjadi sarana bounding antara burung dengan si empunya. Lakukan dua kali sehari, pada pagi dan sore atau malam hari. Burung tekukur bukan termasuk burung yang rakus dan sedikit makanan bisa membuat dia tetap hidup.

Yang kedua, 
Satukan burung yang baru saja kita beli dari ombyokan dengan burung tekukur lain yang sudah terbisa makan dalam kandang. Dari situ, si burung ombykan akan belajar untuk makan dari makanan yang diberikan. Namun, jika burung baru justru selalu diserang burung lama, lebih baik tempatkan burung baru pada kandang sendiri untuk mencegah burung semakin stres.

Yang ketiga,
Berikan jenis bijian berupa beras merah dan kacang hijau. Hal itu bisa diberikan dengan cara dilolohkan atau diletakan pada tempat pakannya. Selain itu, melolohkan protein hewani berupa ulat hongkong  atau maggot bsf atau omega 3 bisa dilakukan sehari sekali selama satu minggu untuk mengembalikan kondisi bulu-bulunya.

Kondisi tak mau makan bisa saja terjadi karena si burung mengalami stres terhadap kondisi lingkungan barunya. Jadi, beri jeda waktu setidaknya satu minggu agar burung beradaptasi dengan kondisinya. Meletakan burung di area yang tenang bisa menjadi proses penyembuhan secara mandiri (self-healing).  

Menangani Kondisi Tekukur dari Ombyokan Menangani Kondisi Tekukur dari Ombyokan Reviewed by Tanam Ternak Rumahan on June 08, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.