Fermentasi bisa terjadi ketika terdapat mikroba dan gula, serta berada dalam kondisi tertutup (anaerob). Secara alami, sebenarnya mikroba sudah ada dalam air susu, air cucian beras, dll. Sedangkan gula alami atau laktosa (dalam susu) merupakan sumber tenaga bagi mikroba ketika mereka melakukan penguraian. Jadi ketika hasil dari fermentasi tidak beraroma tape atau asam segar, maka ada hal yang perlu diperbaiki.
Pemanfaatan metode fermentasi sebenarnya bisa ditujukan untuk berbagai macam hal, beberapa diantaranya adalah untuk mendapatkan POC (pupuk organik cair), pakan ternak fermentasi serta minuman ternak probiotik. Karena telah melewati tahap fermentasi, maka penyerapan nutrisi akan terjadi lebih cepat ketika diaplikasikan sebagai pupuk tanaman ataupun untuk dikonsumsi oleh ternak.
Baca juga: Air Cucian Beras Jadi Pupuk
Bau tidak sedap dari hasil olahan pakan ataupun minuman fermentasi seharusnya tidak terjadi. Namun, jika kita mengalami hal tersebut, maka sebaiknya segera evaluasi dan segera periksa kembali kondisi dan prosesnya.
Kondisikan Wadah Tertutup Rapat
Karena menggunakan respirasi anaerob atau terjadi tanpa oksigen, maka wadah yang dipergunakan harus dalam kondisi tertutup rapat. Buka wadah setiap hari agar gas yang dihasilkan bisa keluar, lalu tutup rapat kembali. Selain membuka wadah setiap hari, memberikan selang yang terhubung antara wadah fermentasi ke dalam botol berisi air juga bisa dilakukan. Tujuannya adalah agar secara otomatis gas yang dihasilkan saat proses fermentasi dapat keluar secara berkala.
Kondisikan Suhu Udaranya
Jika hal tersebut di atas mengenai wadah yang tertutup dengan rapat sudah dilakukan, berarti ada hal lain yang perlu diperhatikan. Kondisikan proses fermentasi pada suhu ruangan dan hindarkan dari sinar matahari.
Dalam kondisi yang terlalu panas, proses fermentasi cenderung mengalami kegagalan. Oleh karena itu, meski berada dibawah naungan, ketika suhu lingkungan terlalu panas maka hal itu akan mengganggu jalannya proses fermentasi.
Wadah Fermentasi
Gunakan wadah yang terbuat dari plastik. Bisa berupa ember, tupperware, toples plastik ataupun drum plastik. Intinya, hindari pengunaan wadah yang cenderung bisa menyerap panas (stainless, aluminium, dll) dan hindari pula jenis wadah yang berpotensi tidak mampu tertutup rapat.
Proses Fermentasi
Fermentasi yang berjalan dengan lancar bisa dilihat dari buih yang bermunculan, gelembung gas yang terus muncul serta aroma wangi tape yang juga dihasilkan. Lama waktu dalam proses fermentasi bisa bervariasi, antara 5-7 hari. Semakin banyak mikroba dan gula cair yang dicampurkan, maka proses fermentasi akan berlangsung lebih cepat.
Baca juga: Semprot Air Beras, Kotoran Ayam didatangi BSF
Pemberian Mikroba
Mikroba yang dipergunakan bisa dari berbagai macam sumber. Bisa menggunakan EM4 atau juga bisa menggunakan makanan ataupun minuman yang diolah dengan fermentasi atau peragian. Sebagai contoh, yakult, yogurt, kimci, tempe, tahu, tape atau bisa juga menggunakan bahan bahan alami lain sebagai sumber mikrobanya.
Jika semua poin diatas sudah terpenuhi, maka proses fermentasi seharusnya bisa berlangsung secara normal dan tidak akan menghasilkan bau tak sedap. Jika muncul bau busuk, sebaiknya buang segera dan ganti dengan bahan dan proses yang baru.
Mengapa Hasil Fermentasi Berbau Busuk
Reviewed by Tanam Ternak Rumahan
on
April 07, 2020
Rating:
No comments:
Post a Comment