Lalat bsf merupakan salah satu sumber pakan alternatif yang baik bagi ternak. Kandungan protein dan lemaknya akan mampu menunjang pertumbuhan serta produksi telur bagi ternak unggas.
Secara popularitasnya, lalat bsf pasti sudah dikenal oleh sebagian besar pelaku ternak di Indonesia. Namun, ada pula yang masih kesulitan untuk mendapatkan maggot atau telur bsf untuk mulai membudidayakannya.
Hal paling simple yang bisa dilakukan ialah dengan cara memesan online atau mencari pembudidaya terdekat dengan daerah kita untuk mendapatkan maggot ataupun telur dari bsf. Namun, jika ingin mengawali semuanya berasal dari alam maka yang pertama kali perlu kita pahami adalah mengetahui bentuk dari lalat BSF.
Baca juga:
Mengenal Lalat Penghasil Pakan Alternatif
Perbedaan Lalat BSF dan Lalat Hijau
Lalat BSF Bertelur di Alam
Lalat BSF adalah sejenis serangga yang sangat cocok hidup dengan iklim yang ada di Indonesia. Lalat BSF bukan termasuk hama karena akan jarang kita temui lalat bsf beterbang di area padat penduduk. Hal itu akan berbeda ketika dibandngkan dengan keberadaan lalat rumahan atau lalat hijau yang bisa dipastikan akan mendiami segala area terlebih pada area padat peduduk.
Menurut Bosch et al. (2014), mengatakan bahwa kandungan protein dari larva BSF berkisar antara 40-50% dan kandngan emaknya 29-32%.
Siklus hidup BSF adalah Telur (3 hari) – Inkubasi telur (3 hari) – Larva (18 hari) – Pupa (14 hari) – Lalat Dewasa (3 hari) – Kawin (3 hari).
Perjalanan panjang BSF ada pada masanya menjadi larva, hal itu berbeda dengan lalat hijau yang cenderung lama hidup pada fase sebagai lalat.
Ciri-ciri Lalat BSF:
Kawin
Suhu optimal untuk lalat BSF dewasa kawin ialah pada 30®C atau lebh hangat akan membuat aktifitas kawin lalat dewasa semakin aktif dan produkrtif. Namun suhu yang mencapai 36®C tidak cocok untuk. Yang terbaik ialah pada suhu 30®C agar daya picu pertumbuhan larva dan masa inkubasi telur semakin cepat. Pada suhu yang lebih rendah, pertumbuhan larva bisa 4 hari lebih lambat (Tomberlin et al. 2009).
Jam kawin lalat BSF dewasa diperkirakan terjadi ada pukul 8-10 pagi. Mereka bisa kawin pada dahan atau di udara sekalipun. Pada kondisi mendung, hal itu menjadi kendla karena tingkat produktifitas lalat dewasa alam menurun. Penggunaan lampu penerang akan membantu kondisi cahaya meinim yang ada. Selain itu suhu hangat yang dihasilkan oeh lampu juga menjadi substitusi keberadaan sinar matahari.
Bertelur
Lalat bsf akan bertelur di dekat sumber pakan. Jadi, berbeda dengan lalat rumahan atau lalat hijau yang cederung betelur tepat pada sumber makanan, untuk mendapatkan telur dari lalat bsf kita tinggal meletakan media bertelur di atas area pakan yang tersedia.
Lalat bsf tidak bertelur setiap saat. Mereka memiliki waktu tertentu untuk meletakan telur- telur mereka. Pada pagi hingga siang hari adalah waktu yang tepat untuk melirik kegiatan betina BSF yang sedang meletakan telur-telur mereka. Kurang lebih jam 10npagi hingga jam 3 sore adalah waktunya bagi lalat-lalat betina untuk meletakan telur-telur mereka.
Dimulai dengan mengitari sumber pakan dan hinggap di area dekat pakan, lalat bsf tidak langsung bertelur disitu. Meeka akan betterbangan datang dan pergi namun seara alami tidak terlalu terganggu dengan keberadaan manusia yang berada disekitarnya. Menurut Rahmawati et al. (2010), seekor betina BSF bisa menghasilkan telur berkisar antara 185-1235 telur.
Pada media yang lembab, lalat BSF di alam akan lebih sering kita temukan. Sebagai contoh, pada tumpukan sampah dapur yang sudah mengalami fermentasi secara alami dan memiliki permukaan yang cenderung basah, maka media tersebut sangat cocok dipilih oleh lalat BSF liar untuk meletakan telur-telur mereka.
Baca Juga : Membuat Media Untuk Memancing Lalat BSF
Atraktan (Aroma Pemikat)
Secara alami, lalat BSF lebih tertarik pada aroma pakan yang telah mengalami proses fermentasi meski tidak menutup kemungkinan pula lalat betina yang berusaha untuk meletakan telur pada sumber aroma bangkai. Hal itu terjadi bisa disebakan karena pada media pakan (bangkai) sebelumnya sudah terdapat koloni larva BSF.
Reff:
Bosch G, Zhang S, Dennis GABO, Wouter HH. 2014. Protein Quality of Insects as Potential Ingredients for Dogs and Cat Foods. J Nutr Sci. 3: 1-4.
Ahmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan dan Kandungan Nutrisi Larva Hermetia Illucents (Linnaeus) (Diptera; Startiomyidae) Pada Bungkil Kelapa Sawit. J EntomolIndones. 7:28-41.
Tomberlin JK, Adler PH, Myers HM. 2009. Development of the Black Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae) in relation to temperature. Environmetal Entomol. 38:930-934.
Kapan Lalat BSF Bertelur dan Kawin
Reviewed by Tanam Ternak Rumahan
on
January 24, 2020
Rating:
No comments:
Post a Comment